Kota, Korsum
Pengetahuan mengenai
tumbuh kembang anak secara umum sebaiknya diketahui oleh para orangtua, karena seringkali orang
tua tidak menyadari buah hatinya mengalami keterlambatan
perkembangan.
Menurut
salah seorang dokter spesialis anak di RSUD Sumedang, dr. Dwi Oktari Erfanti,
Sp.A, M.Kes, ada
5 aspek perkembangan pada anak, yaitu gerak kasar, gerak
halus, bicara-bahasa, kognitif, dan personal sosial.
Kecepatan pencapaian
perkembangan setiap anak
pasti
berbeda, tetapi terdapat kisaran waktu
normal untuk
setiap tahapan perkembangan. Contohnya,
seorang anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan pada
usia 10
hingga 18 bulan.
“Orangtua harus
mengenal tanda-tanda bahaya (red flags)
perkembangan anak, sehingga tahu
kapan harus membawa anaknya berkonsultasi ke dokter spesialis anak
bila ada kecurigaan keterlambatan perkembangan,”
kata Dwi Oktari, Rabu (2/8).
Penyebab keterlambatan
umum. sebut Dwi, antara lain gangguan genetik atau kromosom seperti down syndrome, gangguan atau infeksi susunan saraf seperti cerebral palsy (CP), spina bifida, Rubella
syndrome,
riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur (kurang bulan), bayi
berat lahir rendah, dan bayi yang mengalamai sakit berat pada awal
kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif.
“Keterlambatan umum
sebagian mudah diketahui penyebabnya, tapi sebagian lainnya
sulit dicari penyebabnya, termasuk di negara maju sekalipun
karena memerlukan pemeriksaan yang sangat spesifik,” sebutnya.
Untuk mengetahui apakah
seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan umum,
lanjutnya, diperlukan data atau laporan dari orangtua, kemudian dilakukan pemeriksaan deteksi dini
dengan alat skrining perkembangan yang benar.
“Sebab,
jika bisa diketahui secara dini, maka dapat dicari penyebab keterlambatannya sehingga dapat diberikan intervensi secara
cepat dan tepat. Segeralah memeriksakan buah hatinya, jangan
ditunda-tunda,” tegas Dwi Oktari.
Dwi
Oktari memaparkan, tanda-tanda bahaya (red
flag) terhadap bicara dan bahasa (ekspresif) pada anak usia 20 bulan adalah
kurangnya
kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda,
ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan, dan orangtua
masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan.
Terhadap
bicara dan bahasa (reseptif), yaitu perhatian atau respons yang tidak konsisten
terhadap suara atau bunyi, misalnya saat dipanggil tidak selalu memberi respon, kurangnya
Join Attention atau kemampuan berbagi
perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan, dan sering
mengulang ucapan orang lain (membeo)
setelah usia 30 bulan.
Gangguan Sosio-emosional
(personal sosial), yaitu pada usia 6 bulan jarang senyum atau
ekspresi kesenangan lain, usia 9 bulan kurang bersuara dan
menunjukkan ekspresi wajah, usia 12 bulan tidak merespon panggilan namanya, usia 15
bulan belum ada kata, usia 18 bulan tidak bisa
bermain pura-pura, usia 24 bulan belum ada gabungan 2 kata
yang berarti, dan untuk segala usia tidak adanya bab bling,
bicara serta kemampuan bersosialisasi dan interaksi.
Tanda bahaya gangguan
kognitif, yaitu pada usia 2 bulan kurangnya fixation, usia 4
bulan kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda,
usia 6 bulan belum berespons atau
mencari sumber suara, usia 9 bulan belum babbling seperti mama, baba, usia 24
bulan belum ada kata berarti, dan usia 36 bulan belum dapat merangkai 3
kata.
dr.
Dwi menjelaskan, perkembangan motorik/gerak kasar dan halus pada anak usia baru lahir sampai 3 bulan dengan tanda-tanda bahaya berguling sebelum usia 3
bulan (tanda hypertonia), Fisting (reflex genggam) menetap pada usia 3 bulan, dan tidak
dapat menegakkan kepala saat tengkurap atau masih ditemukannya head lag pada pemeriksaan respon tarikan
pada usia 3 bulan.
Usia
4-6 bulan belum
dapat menegakkan kepala dengan baik (head lag masih ada), tidak dapat mempertemukan
kedua tangan di garis tengah pada usia 4 bulan,
dan tidak
dapat meraih dan memegang benda pada usia 5 bulan.
Pada usia 6-12 bulan reflex primitif yang menetap, belum dapat memindahkan
benda dari satu tangan ketangan yang lain, masih bermain dengan jari, belum
dapat duduk tegak pada usia 10 – 12 bulan, berguling belum maksimal
pada usia 9 bulan, belum dapat berdiri atau menopang tubuh dengan
kedua kaki atau berjalan berpegangan pada usia 12 bulan,
dan tetap
memasukkan benda apapun kedalam mulut pada usia 12 bulan.
Usia
12-24 bulan tidak
dapat mengambil benda menggunakan jari/pincer
grasp pada usia 12-15 bulan, belum dapat berdiri atau
berjalan lepas pada usia 18 bulan, tampak dominasi tangan
sebelum usia 18 bulan, belum berjalan lancar pada usia 24 bulan, belum
dapat naik-turun tangga berpegangan atau berlari pada usia 24 bulan, masih drooling/ngiler berlebihan sampai usia
24 bulan, dan bergerak dengan cara ngesot/bottom
shuffling di atas usia 12 bulan.
Usia
3-5 tahun belum
dapat berlari dengan baik, naik-turun tangga, menendang bola pada usia 3 tahun, sering
jatuh atau kesulitan naik-turun tangga pada usia 3 tahun, tidak dapat melompat,
naik sepeda roda tiga, atau berdiri dengan 1 kaki pada usia 4 tahun, dan belum
dapat menggambar benda, kotak, tanda silang, serta keseimbangan yang kurang
pada usia 5 tahun.
“Sedangkan
pada anak usia 6-12 tahun tanda bahayanya bila tidak dapat bermain lompat tali atau
melompat dengan satu kaki serta tidak dapat menulis
namanya sendiri,” pungkas Dwi Oktari.**[Hendra|Dady]
0 comments:
Post a Comment