Sejak lahir dinyatakan berjenis
kelamin wanita sempurna dengan nama Siti Anisyah, namun anak gadis ini ketika memasuki
usia 13 tahun berubah menjadi seorang pria, bahkan kini namanya pun berubah
pula semula Siti Anisyah berganti nama menjadi Andi Syahbani.
Kisah berawal, Siti
Anisyah dilahirkan 24 Juli 2005 di RSUD Sumedang dari pasangan suami istri Toto
dan Juarih warga Dusun Gembong Rt 02 Rw 01 Desa Gunturmekar Kecamatan
Tanjungkerta. Pasutri ini dikarunia anak 4 orang dengan masing-masing 2
laki-laki, 2 perempuan.
Menurut Toto (61), yang
berhasil ditemui koran ini di kediamannya, Jumat (30/3), bahwa Siti Anisyah
merupakan anak bungsu dilahirkan secara normal berjenis kelamin perempuan.
Ketika umur 7 tahun, gadis kecil ini masuk sekolah MI Nagrak Desa Gunturmekar.
Ayahanda Toto yang
didampingi Amar tokoh masyarakat setempat mengaku luar biasa kaget ketika
melihat dan memperhatikan sikap dan tingkah laku anak gadisnya Siti Anisyah
disaat memasuki umur 13 tahun ketika masuk MTs Sukawangi Desa Tanjungmekar
Kecamatan Tanjungmedar.
Terlebih kaget dan heran
diakui Juariah ibu kandung Siti Anisyah disaat melihat tingkah laku anak
gadisnya ketika buang air kecil (kencing). Diketahui dengan jelas alat kelamin
anak gadisnya tumbuh alat kelamin laki-laki sementara alat kelamin perempuannya
menghilang.
Padahal dari lahir, alat
kelamin anaknya perempuan dan Disdukcapil memberi status perempuan. Dengan
kejadian luar biasa ini, Juariah spontan lapor suaminya Toto dan sepakat untuk
memeriksakan alat kelamin anaknya ke Rumah Sakit Umum Sumedang.
“Menurut dr. Pipih dari
RSUD Sumedang menyatakan berdasarkan diagnosa sementara bahwa anak itu
laki-laki tapi disarankan harus dibawa
ke dokter Spesialis di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung untuk memeriksakan
kebenaran alat kelamin anaknya,” ujar Toto.
Dari hasil pemeriksaan
Rumah Sakit Hasan Sadikin dinyatakan, lanjut Toto, bahwa jika ingin hilang
keperempuannya dan benar-benar laki-laki maka harus diobati tanpa harus melalui
operasi dengan biaya sekitar Rp 2 juta. Namun biaya Rp 2 juta tidak terkaper BPJS.
Pasutri ini (Toto,
Juariah) kepada koran ini mengeluh tidak
punya biaya hingga Rp 2 juta untuk beli obat itu. Bahkan, katanya, Rabu (4/4)
mendatang, dokter spesialis menyarankan harus datang lagi ke Rumah Sakit Hasan
Sadikin untuk pemeriksaan lagi.**[indang]
0 Komentar