Ayan atau epilepsi
adalah penyakit kronis yang memiliki ciri khas berupa kejang kambuhan yang
sering muncul tanpa pencetus. Kejang epilepsi terjadi karena adanya gangguan
sistem saraf pusat (neurologis) yang menyebabkan kejang atau terkadang hilang
kesadaran.
Menurut
dr. Dian Novina, kejang
memang gejala utama penyakit epilepsi, namun tidak semua orang yang mengalami
kejang pasti mengidap epilepsi. Umumnya seseorang tidak dianggap
mengidap ayan jika ia tidak pernah mengalami dua kali kejang tanpa alasan jelas
atau lebih dalam waktu 24 jam.
”Beberapa orang bisa
sangat jarang mengalami kejang ayan tapi bagi sebagian lainnya bisa
mengalami kejang hingga ratusan kali dalam sehari. Karena ayan disebabkan
oleh aktivitas abnormal di otak sehingga kejang dapat mempengaruhi
proses apapun yang diatur oleh otak,” katanya, Jumat (6/7).
Gejala epilepsi berlangsung
secara spontan dan singkat, seperti kebingungan sementara, ata
kosong (bengong) menatap satu titik terlalu lama, gerakan menyentak tak
terkendali pada tangan dan kaki, hilang kesadaran
sepenuhnya atau sementara, gejala psikis, kekakuan
otot, gemetar
atau kejang pada sebagian anggota tubuh (wajah, lengan, kaki) atau keseluruhan, serta kejang
yang diikuti oleh tubuh menegang dan hilang kesadaran secara tiba-tiba, yang
bisa menyebabkan orang tersebut tiba-tiba terjatuh.
dr.
Dian menyebutkan, gejala
kejang karena ayan bervariasi pada setiap orang. Beberapa mungkin mengalami
gerakan berulang yang terjadi secara cepat, mendadak dan tanpa bisa
dikendalikan serta kehilangan kesadaran sesaat. Gejala kejang ayan ini disebut
penyakit epilepsi umum.
Dalam beberapa kasus,
seseorang juga dapat mengalami kehilangan kesadaran secara mendadak, kekakuan
tubuh, gemetar,
dan kadang-kadang kehilangan kontrol kandung kemih atau menggigit lidahnya.
“Ada
juga yang
hanya memiliki
tatapan kosong seperti
sedang bengong sesaat, padahal itu adalah kejang. Atau
ada yang melakuan
gerakan berulang, seperti menggosok tangan, mengunyah, menelan atau berjalan
berputar putar. Itu yang disebut epilepsi parsial alias sebagian,” ujarnya.
Namun
tak sedikit orang yang menyalahartikan epilepsi sebagai gangguan saraf lainnya seperti
migrain, narkolepsi, atau penyakit mental. Seseorang dengan kondisi ini masih
merasakan kesadaran atau kemudian mengalami cemas atau perubahan emosi secara
tiba-tiba.
“Kondisi ini dapat
berkembang menjadi epilepsi parsial kompleks yang membuat penderitanya hilang
kesadaran atau bengong dalam beberapa detik,”
ujarnya lagi.
dr.
Dian pun menyarankan agar segera menghubungi dokter bila mengalami gejala-gejala
epilepsi seperti kejang berlangsung lebih dari 5 menit, pernafasan
atau kesadaran tak kembali setelah kejang berhenti, kejang kedua berlangsung
segera setelahnya, demam
tinggi, kelelahan
akibat panas, sedang
hamil, memiliki
diabetes, dan pernah mengalami cidera akibat kejang.**[Hendra]
![]() |
0 Komentar