Sumut,
KORAN
SUMEDANG
Sedikitnya, 12 rumah
warga Rt 01 Rw 09 Dusun Binongkaler Desa Sirnamulya Kecamatan Sumedang Utara
saat ini kondisinya rusak cukup parah. Hal itu diakibatkan aktivitas proyek
jalan Tol Cisumdawu yang jaraknya hanya 50 meter dari posisi pemukiman warga
tersebut.
Menurut keterangan Mak
Inot (70), salah satu pemilik rumah yang juga paling parah tingkat kerusakannya,
Rabu (1/8), sudah hampir dua tahun pihak proyek Tol membiarkan tanah dan bangun
rumah retak dan anjlok.
Posisi rumah miring
sebelah dengan lantai ubin tengah rumah retak menganga hampir setengah meter anjlok kedalam. Namun
penggatian dari pihak proyek yang selalu diharapkan janda tua ini tak pernah
kunjung datang.
“Awalnya terdengar suara
ledakan disusul dengan pecah kaca. Rumah bergetar posisinya miring nyaris terbelah menjadi dua.
Suami saya hingga meninggal dunia akibat stres melihat kondisi rumah yang
semakin lama semakin parah. Bahkan ketika hujan, saya ngungsi ke tempat yang
dianggap aman karena khawatir rumah runtuh,” tuturnya.
Retakan tanah dan
bangunan rumah semakin membesar secara perlahan, lanjutnya, bahkan dapur
sebagian sudah runtuh karena getaran dari alat berat aktivitas proyek jalan tol
semakin terasa secara terus menerus membuat semua warga panik kalang kabut.
Ironisnya, rusaknya
rumah warga di pemukiman itu tidak ada tanggapan sama sekali dari pihak proyek Tol
seolah membiarkan rumah warga ambruk total. Kini warga selalu dihantui rasa
takut karena getaran dari aktivitas proyek terasa seperti terjadi gempa bumi.
Disebutkan, kejadian
tersebut sudah dilaporkan, namun hingga saat ini tak ada perhatian meskipun
sudah ada survai dari pihak terkait. Justru pihak terkait itu malah minta uang
Rp 10 juta per-KK untuk pengurus jika ingin pendapat penggantian pihak proyek
Tol Cisumdawu.
“Jika dihitung keruagian
hampir Rp 200 juta per-KK sehingga warga menutut pihak proyek Tol membebaskan tanah dan bangunan rumah. Sebab lokasi
pemukiman sudah tidak layak dihuni,
justru cenderung membayakan jika warga dipaksa harus tetap bertahan diwilayah
itu,” tandasnya.
Dibenarkan tokoh
masyarakat Ama, Kata dia, rumah miring itu akibat adanya aktivitas pembangunan
jalan Tol yang berawal adanya pengeboran tanah (Paku Bumi) hingga 40 meter ke dalam
tanah sebagai pengontrolan struktur
tanah di wilayah itu sehingga terjadi keretakan tanah dan bangunan karena
getaran mesin bor tersebut.**[yf
saefudin]
0 Komentar